BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Selamat Datang

Sabtu, 25 September 2010

Tester

Sabtu, 16 Januari 2010

Filosofi Nasi Tumpeng

Tumpeng merupakan sajian nasi kerucut dengan aneka lauk pauk yang ditempatkan dalam tampah (nampan besar, bulat, dari anyaman bambu). Tumpeng merupakan tradisi sajian yang digunakan dalam upacara, baik yang sifatnya kesedihan maupun gembira.

Tumpeng dalam ritual Jawa jenisnya ada bermacam-macam, antara lain : tumpeng sangga langit, Arga Dumilah, Tumpeng Megono dan Tumpeng Robyong. Tumpeng sarat dengan symbol mengenai ajaran makna hidup. Tumpeng robyong disering dipakai sebagai sarana upacara Slametan (Tasyakuran). Tumpeng Robyong merupakan symbol keselamatan, kesuburan dan kesejahteraan. Tumpeng yang menyerupai Gunung menggambarkan kemakmuran sejati. Air yang mengalir dari gunung akan menghidupi tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan yang dibentuk ribyong disebut semi atau semen, yang berarti hidup dan tumbuh berkembang.

Pada jaman dahulu, tumpeng selalu disajikan dari nasi putih. Nasi putih dan lauk-pauk dalam tumpeng juga mempunyai arti simbolik, yaitu:

Nasi putih: berbentuk gunungan atau kerucut yang melambangkan tangan merapatmenyembah kepada Tuhan. Juga, nasi putih melambangkan segala sesuatu yang kita makan, menjadi darah dan daging haruslah dipilih dari sumber yang bersih atau halal. Bentuk gunungan ini juga bisa diartikan sebagai harapan agar kesejahteraan hidup kita pun semakin “naik” dan “tinggi”.

Ayam: ayam jago (jantan) yang dimasak utuh ingkung dengan bumbu kuning/kunir dan diberi areh (kaldu santan yang kental), merupakan symbol menyembah Tuhan dengan khusuk (manekung) dengan hati yang tenang (wening). Ketenangan hati dicapai dengan mengendalikan diri dan sabar (nge”reh” rasa). Menyembelih ayam jago juga mempunyai makna menghindari sifat-sifat buruk (yang dilambangkan oleh, red) ayam jago, antara lain: sombong, congkak, kalau berbicara selalu menyela dan merasa tahu/menang/benar sendiri (berkokok), tidak setia dan tidak perhatian kepada anak istri.

Ikan Lele: dahulu lauk ikan yang digunakan adalah ikan lele bukan banding atau gurami atau lainnya. Ikan lele tahan hidup di air yang tidak mengalir dan di dasar sungai. Hal tersebut merupakan symbol ketabahan, keuletan dalam hidup dan sanggup hidup dalam situasi ekonomi yang paling bawah sekalipun.

Ikan Teri / Gereh Pethek: Ikan teri/gereh pethek dapat digoreng dengan tepung atau tanpa tepung. Ikan Teri dan Ikan Pethek hidup di laut dan selalu bergerombol yang menyimbolkan kebersamaan dan kerukunan.

Telur: telur direbus pindang, bukan didadar atau mata sapi, dan disajikan utuh dengan kulitnya, jadi tidak dipotong – sehingga untuk memakannya harus dikupas terlebih dahulu. Hal tersebut melambangkan bahwa semua tindakan kita harus direncanakan (dikupas), dikerjakan sesuai rencana dan dievaluasi hasilnya demi kesempurnaan.
Piwulang jawa mengajarkan “Tata, Titi, Titis dan Tatas”, yang berarti etos kerja yang baik adalah kerja yang terencana, teliti, tepat perhitungan,dan diselesaikan dengan tuntas. Telur juga melambangkan manusia diciptakan Tuhan dengan derajat (fitrah) yang sama, yang membedakan hanyalah ketakwaan dan tingkah lakunya.

Sayuran dan urab-uraban: Sayuran yang digunakan antara lain kangkung, bayam, kacang panjang, taoge, kluwih dengan bumbu sambal parutan kelapa atau urap. Sayuran-sayuran tersebut juga mengandung symbol-simbol antara lain:
kangkung berarti jinangkung yang berarti melindung, tercapai.
Bayam (bayem) berarti ayem tentrem,
taoge/cambah yang berarti tumbuh,
kacang panjang berarti pemikiran yang jauh ke depan/innovative,
brambang (bawang merah) yang melambangkan mempertimbangkan segala sesuatu dengan matang baik buruknya,
cabe merah diujung tumpeng merupakan symbol dilah/api yang meberikan penerangan/tauladan yang bermanfaat bagi orang lain.
Kluwih berarti linuwih atau mempunyai kelebihan dibanding lainnya.
Bumbu urap berarti urip/hidup atau mampu menghidupi (menafkahi) keluarga.

Pada jaman dahulu, sesepuh yang memimpin doa selamatan biasanya akan menguraikan terlebih dahulu makna yang terkandung dalam sajian tumpeng. Dengan demikian para hadirin yang datang tahu akan makna tumpeng dan memperoleh wedaran yang berupa ajaran hidup serta nasehat. Dalam selamatan, nasi tumpeng kemudian dipotong dan diserahkan untuk orang tua atau yang “dituakan” sebagai penghormatan. Setelah itu, nasi tumpeng disantap bersama-sama. Upacara potong tumpeng ini melambangkan rasa syukur kepada Tuhan dan sekaligus ungkapan atau ajaran hidup mengenai kebersamaan dan kerukunan.

Ada sesanti jawi yang tidak asing bagi kita yaitu: mangan ora mangan waton kumpul (makan tidak makan yang penting kumpul). Hal ini tidak berarti meski serba kekurangan yang penting tetap berkumpul dengan sanak saudara. Pengertian sesanti tersebut yang seharusnya adalah mengutamakan semangat kebersamaan dalam rumah tangga, perlindungan orang tua terhadap anak-anaknya, dan kecintaan kepada keluarga. Di mana pun orang berada, meski harus merantau, harus lah tetap mengingat kepada keluarganya dan menjaga tali silaturahmi dengan sanak saudaranya.

Mungkin sebaiknya, adakan selamatan dan buatlah nasi tumpeng di Istana Negara, dan Bapak Presiden dapat menguraikan terlebih dahulu makna yang terkandung dalam sajian tumpeng. Dengan demikian para hadirin yang datang terutama para pejabat, tahu akan makna tumpeng dan memperoleh wedaran yang berupa ajaran hidup serta nasehat.

sumber : UNIC77.tk

Rabu, 06 Januari 2010

Ciri Krom yang Baik

Ciri Krom Bagus
Nggak Sekadar Kinclong

Salah satu kuncian modifikasi adalah kualitas krom. Namun, masih banyak yang nggak tahu yang bagus itu seperti apa? Apa cuma kelihatan kinclong doang. “Salah satunya itu. Yang pasti, warnanya cerah alias tak kekuning-kuningan, semua permukaan krom rata juga nggak retak dan timbul,” jelas Masdjuki alias Djuky, spesialis krom Djuk’s Chrome.

Djuky pemilik bengkel krom di Lebak Bulus I dan Pinang Raya IV, No. 42, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Katanya, kualitas pengkroman tergantung dari proses awal saat pemolesan. Maksudnya, sebelum pencelupan permukaan, part harus benar-benar bersih dari kotoran. Seperti debu, air atau cat dasar yang dulu pernah melapisinya.

Begitu juga celah sempit yang sulit dijangkau alat poles. “Kalau si tukang krom asal-asalan, tidak memoles bagian celah tersebut, biasanya hasilnya tidak rata atau ada yang buram,” lanjut Djuky. Nah, ini juga yang bikin permukaan krom tampak jelek.

Kualitas bahan baku cairan krom yang dipakai juga menentukan. Kalau cairan krom berkadar rendah, hasilnya tampak berwarna kekuning-kuningan. “Maksudnya, kadar krom kurang melekat di nikel yang memang berwarna kekuningan,” saut pria aseli Brebes, Jawa Tengah yang mengharamkan membersihkan krom pakai Autosol.

Terakhir, kalau ingin mengkrom aluminium atau babet. Proses kerjanya sangat hati-hati lantaran materialnya mudah berjamur. Nah, agar tahan lama dan tidak timbul serta ngelotok , harus dicelup ke sodium cyanide. “Agar lapisan nikel di almu homogen dengan krom,” jelasnya.

Makanya, kalau mau ngekrom almu, tanya dulu apakah si tukang krom memakai cairan itu. Kalau gak punya, lebih baik tidak jadi. Jelas, kan?

Kamis, 31 Desember 2009

Pengangguran Bergelar

Gelar memang bagi sebagian orang bahkan sebagian besar orang sangat penting dan berarti bagi dirinya, karena dengan gelar yang dimiliki tersebut, seseorang dapat menunjukan sebuah eksistensi dan suatu jenjang kehormatan yang mungkin tidak dimiliki oleh orang lain, Karena semakin tinggi gelar yang dimiliki oleh sesorang maka semakin tinggi pula derajat orang tersebut dinilai oleh orang lain. Namun hal ini tidak semua orang menafsirkan bahwa semakin tinggi gelar maka semakin tinggi pula derajat orang tersebut, sebagian bahwa beranggapan bahwa gelar merupakan suatu formalitas ataupun sebagai tanda saja, yang terpenting ialah bagaimana sesorang dapat berkompeten dan dapat terjun dimasyarakat. Karena banyak pula orang yang tidak mempunyai gelar namun ia dapat berkompeten didalam masyarakat, bahkan tidak sedikit pula yang lebih baik daripada orang-orang yang mempunyai gelar tersebut.

Namun yang dikhawatirkan adalah gelar yang terdapat atau melekat pada diri sesorang tidak diikuti oleh kemampuan atau keahlian yang sesuai dengan gelar yang dimiliki, sehingga membuat suatu problema atau masalah baru seperti pengangguran oleh kaum bergelar atau kaum intelektual yang mana pengangguran bergelar dinilai lebih berbahaya dibandingkan oleh penganguran yang berasal dari orang yang tidak mempunyai gelar karena hal ini dapat berdampak dan menimbulkan masalah sosial. Badan Pusat Statistik menunjukan bahwa lebih dari 600.000 pengangguran yang bergelar sarjana dan setiap tahun jumlah tersebut semakin meningkat dan bertambah.

Masyarakat Indonesia sudah terbius dengan kehausan akan gelar, dan setiap orang ingin mempunyai gelar dan sebanyak mungkin gelar yang ingin dimiliki. Berbagai cara dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan gelar tersebut mulai dari jenjang yang formal yaitu pendidikan, membeli gelar, dan sebagainya untuk mendapatkan gelar tersebut bahkan akhir-akhir sedang marak-maraknya pembuatan ijazah palsu demi untuk mendapatkan gelar tersebut untuk daerah Jakarta mungkin sebagian orang sudah tidak asing dan mengetahui daerah pasar senen marak sekali dengan praktek penjualan ijazah palsu tersebut, bahkan yang lebih tragis lagi praktek ijazah palsu tersebut sebagian bermain dengan beberapa oknum-oknum didalam perguruan tinggi untuk mendapatkan legalitas ijazah tersebut yang padahal ijazah tersebut ilegal atau palsu. Ijazah yang sering dipalsukan adalah beberapa perguruan tinggi yang mempunyai nama di masyarakat dan mempunyai kredibilitas nilai yang cukup baik sehingga sering dipalsukan untuk kepentingan sesorang yang membeli ijazah palsu tersebut, seperti mencari pekerjaan dan lain sebagainya, karena paradigma sebagian besar masyarakat Indonesia selain mempunyai gelar yang banyak, asal muasal perguruan tinggi seseorang tersebut mendapatkan gelar juga mempunyai pengaruh yang sangat besar untuk mendapatkan suatu hal tertentu seperti jabatan maupun pekerjaan tertentu karena sebagian lapangan pekerjaan yang ada khususnya lapangan pekerjaan di kota-kota besar seperti Jakarta lebih mengutamakan lulusan yang berasal dari perguruan tinggi negeri ataupun perguruan yang notabennya terkenal untuk merekrut calon-calon pegawainya bekerja pada perusahaan atau lapangan kerja yang dimaksud. Hal ini jelas sekali menggambarkan bahwa betapa suatu gelar sangat diinginkan oleh setiap orang dan dengan berbagai cara pula dilakukan seseorang tersebut untuk mendapatkan sebuah gelar pada dirinya.

Perguruan tinggi menangkap gejala ini dengan menyediakan berbagai layanan untuk mendapatkan gelar, baik melalui pendidikan sebenarnya maupun seadanya, bahkan ada beberapa yang menjual gelar. Perguruan tinggi membutuhkan gelar, dan bagi masyarakat yang memunyai uang akan dengan mudah untuk mendapatkan gelar tersebut, sedangkan masyarakat yang tidak mampu tidak bisa untuk mendapatkan gelar tersebut. Mudahnya masyarakat untuk mendapatkan gelar membuat masyarakat berduyun-duyun untuk lulus dari perguruan tinggi demi mendapatkan gelar tersebut walaupun terkadang sesorang yang lulus dan mendapatkan gelar tersebut tidak mempunyai keahlian untuk bersaing didalam masyarakat karena tidak di ikuti dangan kemampuan, keahlian dan berkompetensi didalam mencari lapangan pekerjaan sehingga timbulah pangangguran yang bergelar ini. Selain itu sebagian masyarakat manjadikan pendidikan hanya formalitas saja untuk mendapatkan gelar tersebut

Paradigma yang lalu kini mulai berubah menjadi paradigma yang baru dan telah banyak diterapkan oleh instansi, perusahaan industri maupun swasta didalam merekrut pegawai-pegawainya, bila dahulu instansi atau perusahaan merekrut seorang pegawai cenderung bersifat diskriminasi dan sebelah mata, karena perusahaan merekrut dengan cara melihat calon pegawainya tersebut bergelar atau tidak, merupakan lulusan dari perguruan tinggi yang terkemuka atau tidak dan lain sebagainya, semakin tinggi poin calon pegawainya semakin besar pula kesempatan kerja yang akan didapatkannya begitu pula sebaliknya. Namun paradigma yang kini berlaku tidaklah seperti paradigma yang sebelumnya, yang hanya berpedoman dan melihat dari jenjang gelar semata-mata, melainkan dengan kemampuan taupun keahlian yang dimiliki. Pola rekrutmen pegawai yang kini diterapkan ialah berdasarkan kemampuan, keahlian dan kompetensi, tidak hanya semata-mata gelar yang dimiliki.

Namun untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil ( PNS ), seleksi yang dilakukan hanya berdasarkan dari gelar bukan dari keahlian dan kemampuan semata, serta sebagian masyarakat masih sangat antusias untuk menjadi PNS sehingga mereka memburu gelar dengan berbagai cara untuk menjadi PNS, karena perjenjangan pada struktur PNS hanya memerhatikan pada masa kerja dan gelar yang dipunyai, semakin tinggi gelar yang dipunyai semakin tinggi pula golongan PNS yang didapat, semakin lama masa kerja PNS tersebut maka semakin tinggi juga golongan yang didapat, namun setiap orang pasti menginginkan suatu hal yang waktu yang lebih cepat namun dapat menghasilkan suatu yang lebih besar daripada dengan waktu yang lebih lama, hasil yang didapat sama bahkan lebih rendah. Pemikiran itulah mungkin yang menjadi suatu momok para PNS kita, seperti contoh : seseorang dengan lulusan D3 menjadi PNS dengan golongan IIc, lalu seseorang dengan lulusan S1 apabila menjadi PNS maka ia mendapatkan golongan IIIa. Seseorang dengan pangkat golongan IIc apabila ia ingin naik pangkat ke golongan IIIa, maka ia harus mempunyai prestasi dan masa kerja kurang lebih sekitar 5-6 tahun untuk dapat menjadi golongan IIIa, daripada ia harus bekerja kurang lebih 6 tahun, lebih baik ia meneruskan kuliah ke jenjang S1 kurang lebih 1-2 tahun, mendapatkan gelar lalu ia menjadi PNS otomatis golongan yang ia dapat bukan lagi IIc melainkan langsung golongan IIIa. Begitu pula bila seseorang lulusan S2 dan S3 bila menjadi PNS maka ia akan mendapatkan golongan yang tinggi yaitu S2, golongan IIIb dan S3 dengan golongan IIIc, daripada harus bekerja lama untuk mendapatkan gelar yang lebih tinggi lebih baik melanjutkan kuliah kembali ke jenjang S2 atau S3 lalu bekerja menjadi PNS maka ia langsung mendapatkan golongan tinggi.

Keadaan-keadaan dan fakta seperti inilah yang sering terjadi di Indonesia dan tidak bisa dipungkiri kebenarannya, memang bila dilihat dari segi efisiensi waktu untuk mendapatkan pangkat yang lebih tinggi dengan cara seperti inilah lebih cepat dan menggiurkan, namun sebagian dari mereka tidak memperhatikan dan tidak mengutamakan keahlian dan kemampuan untuk berkompeten, bahkan ada kasus seorang PNS golongan IIc lebih mampu berkompeten dan memberi sebuah terobosan baru tentang bidang pekerjaannya di bandingkan dengan seorang PNS dengan golongan IIIb. Dari kasus ini mungkin masyarakat bisa menilai bahwa pangkat, gelar dan golongan tidak selamanya berjalan sesuai kriteria golongan yang ia miliki, yang terpenting ialah bagaimana ia mampu menjadi seorang yang mempunyai keahlian dan kemampuan.

Badan Kepegawaian Negara dan Kantor Menneg PAN menganggap bahwa para penyandang gelar tersebut mempunyai kemampuan yang memadai, padahal kenyataannya tidak seedikit dari mereka hanyalah memburu gelar dengan berbagai cara, termasuk cara yang tidak wajar yaitu dengan mebeli gelar atau mengikuti kelas jauh, kelas eksekutif, kelas sabtu minggu, kelas pararel, kelas eksistensi, dan sebagainya hingga membuat atau membeli ijazah palsu. Hal ini dilakukan semata-mata demi mendapatkan gelar dan mengejar pangkat semata tanpa diikuti dengan kemampuan dan keahlian selama ia mengikuti perkuliahan.

Mengatasi hal ini mungkin dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan cara menanggalkan gelar yang ada pada diri kita seperti pada kartu nama, undangan, panggilan pada suatu acara, ataupun pada kartu tanda pengenal ( KTP ) dan lain sebagainya yang bersangkutan dengan gelar tersebut, memang gelar merupakan salah satu wujud dari bentuk dari apresiasi dan pengharagaan pada diri seseorang, namun alangkah baiknya apabila sesorang yang mempunyai gelar tersebut dapat menggunakan gelar tersebut secara bijak dan dapat menggunakan sesuai dengan kriteria tempat dan waktu yang ada. Pada dasarnya sebuah nama saja sudah sangat membanggakan apabila mempunyai suatu keahlian, sedangkan sebuah gelar belum tentu bahkan sama sekali tidak memberi nilai lebih terhadap keahlian. Sehingga baiknya kita tidak terlalu terbius dan terlalu ambisius untuk mendapatkan sebuah gelar pada diri kita, karena pada dasarnya kemampuan dan keahlian lah yang perlu diterapkan pada saat ini terlebih pada masa-masa sekarang masa sulit, krisis global, dan lain sebagainya, setiap orang berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dan berlomba-lomba pula unutk dapat bertahan hidup khususnya bertahan untuk hidup dikota-kota besar seperti Jakarta, siapa yang kuat ialah yang bertahan atau menang, hukum rimba memang mungkin berlaku di kota besar semacam Jakarta karena begitu besarnya persaingan dan kompetensi untuk bertahan hidup, ironis memang, tetapi siklus seperti ini yang terkadang membuat seseorang untuk mencoba suatu hal baru dan dipaksa untuk berkompeten, dan tidak jarang pula dapat melahirkan suatu keahlian tertentu yang mungkin tidak terlalu tersorot di ibukota namun berdampak positif dan sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru tanpa memandang dari perspektif gelar semata-mata.

Jika semua orang tidak menggunakan gelar, termasuk para pemimpin masayarakat akan menjadi lebih realistis dan tidak terbius serta ambisius akan gelar, memang satu sisi gelar mempunyai dampak yang positif bagi seseorang, mungkin sebagai motivasi untuk berbuat lebih baik ataupun memberikan dedikasi yang lebih untuk kemajuan dirinya, masyarakat, dan negara seperti mambuka lapangan pekerjaan, pemberdaya yang andal dan lain sebagainya. Namun yang perlu diingat adalah bagaimana kita menyikapi arti gelar itu sendiri bagi diri kita dan dari sudut perspektif mana kita melihat gelar itu sehingga kita dapat menggunakan gelar itu secara bijak dari segi waktu maupun tempat, untuk menjadikan bangsa ini lebih maju dan dapat mengurangi jumlah pengangguran bergelar, merubahnya menjadi pekerja yang mempunyai keahlian, kemampuan dan kredibilitas untuk bersaing ataupun menjadi pemberdaya yang andal.

Sumber: koran kompas 24 september 2009 ( dikaji dan ditanggapi kembali oleh Akhmad Rojito )

Rabu, 30 Desember 2009

Power Suply

Power supply atau yang dalam bahasa Indonesia catu daya, memiliki fungsi untuk mencatu (memberikan) daya pada komponen lainnya pada PC. Dengan kata lain semua daya yang diperlukan oleh seluruh komponen PC (kecuali power supply tentunya) untuk dapat bekerja dengan baik akan diberikan oleh power supply ini. Mungkin sebagian pembaca bertanya kenapa tidak langsung mengambil dari jala-jala (listrik yang disuplai PLN) saja dan harus melewati power supply. Hal ini disebabkan listrik yang disediakan oleh PLN propertinya tidak sama dengan yang dibutuhkan oleh komponen PC. PLN menyediakan arus bolak balik atau Alternating Current (AC) sementara alat elektronik termasuk komponen PC umumnya membutuhkan arus searah atau Direct Current (DC).

Arus bolak-balik ini adalah arus listrik yang memiliki besar dan arah yang berubah-ubah menurut waktu sementara arus searah adalah arus listrik yang memiliki besar dan arah yang selalu tetap menurut waktu. Power supply berfungsi mengubah arus bolak-balik dengan tegangan 220V (Indonesia) menjadi arus searah yang memiliki tegangan (juga arus) yang sesuai dengan yang diperlukan oleh komponen PC. Arus yang dimaksud di sini adalah banyaknya arus yang diperlukan oleh komponen PC tersebut. Jadi misalnya sebuah komponen membutuhkan tegangan +5V dengan arus sebesar 1A, maka power supply harus bisa memberikan kedua hal tersebut.

Murni Arus Searah atau Tidak?
Power supply berfungi mengubah arus bolak balik menjadi arus searah. Pertanyaannya, apakah hasil konversi yang diberikan benarbenar arus searah murni? Bisa dikatakan hasil yang diberikan tidak sepenuhnya arus searah murni sejalan dengan tidak idealnya suatu power supply. Secara umum hasil yang diberikan power supply masih memiliki variasi besaran dan arah menurut waktu. Untungnya variasi ini sering kali masih masuk dalam batas toleransi yang dimiliki oleh komponen PC tersebut sehingga hasil yang diberikan sudah bisa membuat komponen PC tersebut bekerja dengan baik. Mungkin Anda pernah melihat pada Setup BIOS terdapat hardware monitoring yang menunjukkan nilai tegangan dari beberapa keluaran power supply. Sayangnya nilai ini tidak menunjukkan tingkat dari variasi yang dimiliki oleh keluaran power supply tersebut.

Untuk melihat variasi ini dibutuhkan alat khusus yang berharga tidak murah. Meskipun begitu fasilitas hardware monitoring ini cukup membantu untuk memastikan tegangan rata-rata yang diberikan power supply masih masuk dalam batas normal atau tidak.

Masalah Daya Maksimum
Salah satu properti dari power supply yang umum dicantumkan oleh pembuatnya adalah daya maksimum yang bisa diberikan oleh power supply tersebut. Saat ini power supply dengan daya maksimum 300W atau lebih sudah umum tersedia di pasaran. Hal yang perlu diingat adalah daya maksimum ini adalah daya total yang bisa diberikan dengan kombinasi tertentu, bukan oleh sebuah keluaran walaupun keluaran lain tidak dipakai alias tidak memberikan daya.

Memblokir Aplikasi Melalui Registry

Seperti telah kita ketahui bersama, pada status bar di Windows Explorer terdapat tulisan My Computer yang terletak di bagian kanan. Jika Anda merasa bosan melihat tulisan tersebut, Anda bisa menggantinya dengan nama Anda sendiri atau dengan tulisan yang lain. Cara mengubahnya sangat mudah, Anda tinggal membuka regedit di menu Start>Run, ketik regedit. Kemudian masuk ke

folder:

HKEY_CURRENT_USER\Software\Microsoft\Windows\Current Version\

Internet Settings\Zones\0. Cari dan ubah key DisplayName sesuai dengan keinginan Anda. Caranya klik kanan pada key DisplayName dan pilih Modify dan ganti valuenya sesuai dengan yang Anda inginkan. Misalnya:

HKEY_CURRENT_USER\Software\Microsoft\Windows\CurrentVersion\InternetSettings\Zones\0

DisplayName : Pentium III 750MHz

Hal yang sama bisa juga Anda lakukan pada status bar di Internet Explorer untuk:

Lokal internet :

HKEY_CURRENT_USER\Software\Microsoft\Windows\CurrentVersion\InternetSettings\Zones\1

Trusted sites :

HKEY_CURRENT_USER\Software\Microsoft\Windows\CurrentVersion\InternetSettings\Zones\2

Internet :

HKEY_CURRENT_USER\Software\Microsoft\Windows\CurrentVersion\InternetSettings\Zones\3

Restricted sites :

HKEY_CURRENT_USER\Software\Microsoft\Windows\CurrentVersion\InternetSettings\Zones\4

Memenangkan Game Hearts dengan Mudah

Bagi pekerja kantor dengan spesifikasi komputer yang tidak terlalu tinggi, tentunya game Hearts yang sudah lama terintegrasi dengan Windows ini menjadi salah satu solusi untuk mengusir kebosanan selama menjalankan rutinitas. Tapi, bermain game tidak selamanya menyenangkan, karena jika Anda selalu kalah dalam memainkannya tentu Anda merasa jengkel. Trik berikut ini akan memudahkan Anda untuk memenangkan game tersebut.

1. Jalankan Registry Editor dengan mengklik Start>Run>regedit.

2. Masuklah ke key:HKEY_CURRENT_USER\Software\Microsoft\Windows\CurrentVersion\Applets\Hearts.

3. Pada bagian kanan windowklik kanan mouse, lalu pilih New>String value. Beri nama ZB, dan isi valuedatanya dengan 42.

Sekarang jalankan game Hearts tersebut. Tekan Ctrl+Alt+Shift+F12, maka semua kartu lawan-lawan Anda akan terlihat dengan jelas.

Keanehan Pada Windows

Keanehan Pertama :
Gak ada yang bisa membuat FOLDER dimanapun di Windows XP (untuk vista saya belum coba) dengan nama “CON”.
Aneh bukan.. Dan tidak dapat dipercaya…
Coba aja sekarang Buat FOLDER dengan nama “CON” (tanpa tanda kutip ” )

Keanehan Kedua :
Coba buka Microsoft Office Word (XP, 2003), lalu ketikkan :
=rand (200, 99)
kemudian tekan ENTER.
Tunggu beberapa saat.
Hasil di Word 2007 agak sedikit berbeda. Karena itu jika anda ingin mendapatkan hasil yang sama dengan Word versi sebelumnya ketikkan :
=rand.old (200, 99)

Keanehan Ketiga :
Coba buka Notepad, kemudian ketik “Bush hid the facts” (tanpa tanda kutip). Jangan tekan enter.
Save terserah di mana saja. Tutup Notepad, lalu buka kembali file tersebut.
Kalimat tersebut tiba2 disembunyikan oleh Notepad. Benarkah ini sebuah konspirasi?

JAWABAN :
Jawaban keanehan 1 :
Di Windows Nama folder dan Special System Variables berbagi dengan tampilan yang sama, karena itulah ketika anda membuat folder dengan nama System Variable akan dianggap folder tersebut sudah ada.
Karena itulah anda juga tidak bisa menamai folder anda dengan
CON, NUL, COM1, COM2, COM3, LPT1, LPT2, LPT3, COM1 hingga COM9 dan LPT1 hingga LPT9….
CON berarti console
COM1 berarti serial port 1
LPT1 berarti parallel port 1
Ini jg berlaku di Linux, dimana hardware resource direpresentasikan layaknya suatu file. Misalnya: /dev/tty, /dev/null dsb. Tapi kita tetep bisa kok bikin folder CON, caranya:
– buka command prompt
– ketik “mkdir \\.\c:\con”
– akses direktori “dir \\.\c:\con”
– hapus direktori “rmdir \\.\c:\con”
Jawaban Keanehan 2 :
Kenehan ini sering dianggap bug pada Microsoft Office Word, namun sebenarnya hal-hal semacam ini merupakan hal yang lumrah yang dimasukkan oleh programer dalam mengetes atau sekedar iseng pada suatu produk. Karena programernya kebanyakan geek, dan gila game, maka muncullah kalimat “The quick brown fox jumps over the lazy dog” yang berulang pada kode itu. Hal-hal ini disembunyikan dan dapat diakses dengan cara-cara/trik-trik tertentu. Ini disebut “easter egg”. Trik di word itu salah satu easter egg.
rand berarti random
angka (200,99), 200 berarti paragraf, dan 99 berarti 99 kalimat per paragraf.
Coba anda ubah menjadi (1,1) atau angka lainnya, hasilnya akan berbeda.
Jawaban Keanehan 3 :
Bukan cuma kalimat ‘bush hid the facts’ yang ‘disembunyikan’ oleh Notepad, kalimat lain seperti misalnya ‘this api can break’, ‘this cat can split’, ‘jane can not dance’, ‘xxxx xxx xxx xxxxx’, dan ‘aaaaaaaa aaaaa aaa aaaaa’ juga mengalami ‘nasib’ yang sama.
ketika kalimat “bush hid the facts” disimpan ke sebuah file, notepad menyimpan tanpa masalah. Bisa dibuktikan dengan membuka file tersebut dengan editor lain, misalnya wordpad. Masalah baru muncul waktu file tsb dibuka oleh notepad itu sendiri. Sebelum membuka file itu, notepad berusaha ngedeteksi encoding yg digunakan. Ternyata algoritma deteksi ini keliru jika file yang dimaksud mengandung kalimat dengan pola 4-3-3-5 karakter sehingga membentuk kode ASCII tertentu. Akibatnya file yg disimpan dalam encoding ANSI tsb malah dibuka dalam encoding UTF-16.